Sabtu, 05 April 2014

7 Cara Meningkatkan Rasa Percaya Diri Anak



Resensi Buku


 Saat ini bukan hal aneh lagi jika kita melihat prilaku anak-anak yang sikapnya manja, tidak ada sopan santun terhadap orang lain bahkan melakukan tindakan negatif yang seharusnya tidak pantas dilakukan oleh seorang anak. Hal ini dapat dilihat pada media elektronik seperti televisi yang kerap kali memberitakan tentang prilaku anak yang negative. Selain itu juga, bisa dilihat dalam proses pembelajaran selama di sekolah, ada anak-anak yang tidak bisa diatur, ada juga yang bertengkar dengan temannya, ada juga yang suka menghina temannya bahkan ada juga yang tidak sopan dengan gurunya dan prilaku-prilaku negative lainnya. Prilaku-prilaku seperti itu, sering kali menimbulkan pertanyaan bagi orang tua, guru dan masyarakat, “Mengapa  anak saya seperti itu?”. Hal ini lah yang terjadi di zaman saat ini, orang tua yang memberikan kebebasan kepada anak-anaknya tanpa menyaringnya , membuat pola pikir anak tersebut menjadi keblabasan sehingga anak-anak belum bisa membedakan mana yang benar maupun yang salah. Maka dari itu, sebagai orang tua harus bisa menjadi guru bagi anak-anaknya, tidak hanya mengajari melainkan juga mendidiknya , sehingga ketika dewasa nanti, mereka menjadi anak-anak yang berkarakter, baik itu dari segi intektual, emotional dan spiritual.


Dalam pembentukkan karakter anak, dimulai dan ditanamkan sejak anak sedini mungkin karena usia dini merupakan waktu yang tepat untuk anak dalam menemukan hal-hal yang baru terutama dalam pembentukkan mental salah satunya adalah rasa percaya diri. Rasa percaya diri merupakan salah satu komponen yang penting dalam membentuk karakter anak karena rasa percaya diri merupakan modal dasar anak untuk berhasil di dalam kehidupan pembelajarannya. Dengan adanya rasa percaya diri akan membentuk keberanian anak untuk mengeksplorasi semua potensi yang dimiliki anak. Menurut Inge Pudjiasti Adywibowo, rasa percaya diri adalah keyakinan seseorang akan kemampuan yang dimiliki untuk menampilkan prilaku tertentu atau mencapai target tertentu. Rasa percaya diri bukan merupakan bakat (bawaan), melainkan kualitas mental, artinya kepercayaan diri merupakan pencapaian yang dihasilkan dari proses pendidikan. Jadi, untuk meningkatkan rasa percaya diri anak harus dilatih dan dibiasakan dan hal itu didapat dari lingkungan, terutama dari orang tua dan guru.yang memiliki peran besar dalam kehidupan anak.
Buku “7 Cara Meningkatkan Rasa Percaya Diri anak” yang ditulis oleh Timothy Wibowo turut memberikan inspirasi dalam kemajuan pendidikan. Pendahuluan buku ini menjelaskan tentang pentingnya rasa percaya diri. Hal ini tertuang pada sebuah kisah yang diterjemahkan dari buku “chicken soup for the college soul”. Buku ini menceritakan tentang seorang gadis yang berusia 17 tahun dengan latar belakang sosial ekonominya rendah, tetapi memiliki mimpi yang sangat besar yaitu kuliah di Amerika. Dengan tekad yang dimilikinya, ia menghampiri seorang guru bahasa inggris yang mengajar di salah satu sekolah international dan ia pun menyampaikan keinginannya pada guru tersebut. Akhirnya, ia dapat mengikuti les tambahan bahasa inggris dengan guru tersebut. Dia pun semakin bersemangat untuk belajar dan seiring waktu kemampuan bahasanya semakin meningkat, hingga suatu ketika ada beasiswa untuk kuliah di Amerika. Awalnya guru tersebut pesimis terhadap gadis itu karena ada beberapa syarat yang belum dipenuhi oleh gadis tersebut. Akan tetapi, tidak membuat gadis tersebut patah semangat, bahkan sebaliknya dia semakin yakin dan terus berusaha, hingga pada akhirnya dia mendapatkan beasiswa tersebut dan gadis itupun telah meraih mimpinya. Kemudian gurunya menyadari bahwa bukan kecerdasan saja yang membawa kesuksesan, tetapi juga hasrat untuk sukses, komitmen untuk bekerja keras dan keberanian untuk percaya akan dirimu sendiri. Dari cerita tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk meraih mimpi, tidak hanya butuh kecerdasan tetapi tekad, semangat, keberanian dan percaya diri merupakan hal yang penting untuk meraih mimpi.
Timothy Wibowo dalam bukunya memberikan paparan bahwa rasa percaya diri adalah modal dasar untuk sukses di segala bidang. Hal itu dapat dilihat ketika kisah seorang anak yang berusaha untuk berjalan. Seandainya jika anak-anak takut menghadapi kegagalan, niscaya mereka tidak akan bisa berjalan seperti ini dikarenakan untuk berjalan, banyak kesulitan yang dihadapi dan tidak sedikit rasa sakit yang harus ditanggung. Dengan kata lain, sejak dini sebenarnya anak-anak sudah memiliki rasa percaya diri, hanya saja terkadang faktor lingkunganlah yang membuat anak-anak menjadi pemalu, penakut dan tidak percaya diri. Timothy wibowo juga menjelaskan 2 faktor penyebab anak memiliki rasa percaya diri yang rendah yaitu pola asuh yang salah dan trauma. Pertama pola asuh yang salah dapat menyebabkan perkembangan kemandirian sosial anak terhambat, misal orang tua dengan pengasuhan yang otoriter, cara mendidik yang salah dan berdasar pada ancaman, pemukulan dan kekerasan lainnya. Kedua trauma, penyebabnya berasal dari pengalaman atau hal-hal yang tidak menyenangkan di masa lalunya, misal salah mengerjakan soal di sekolah, dia disuruh berdiri dipojok kelas sehingga malu, hal ini menyebabkan anak takut untuk menjawab pertanyaan lagi. Selain itu, dalam lingkungan sosialnya dapat saja dihina, diejek dan ditertawakan oleh teman-temannya.
Maka dari itu, untuk meningkatkan rasa percaya diri anak tidak hanya dari dalam diri anak itu sendiri, tetapi faktor lingkunganlah yang juga berperan besar dalam menentukan kepercayaan diri anak. Ada tujuh cara meningkatkan rasa percaya diri anak menurut Timothy Wibowo, yaitu mengevaluasi pola asuh, pujian yang tepat, agenda sosialisasi, kenalkan anak pada beragam karakter melalui cerita, bermain peran, biarkan kesalahan terjadi dan berikan resiko teringan, dan pahami kepribadian anak. Pertama mengevaluasi pola asuh, idealnya setiap orang tua bersikap demokratis, memegang kendali namun tetap memberikan kebebasan anak untuk berpendapat karena sikap orang tua yang seperti itu akan mudah diterima anak sesuai dengan persepsinya saat itu. Selain itu orang tua adalah teladan bagi anak-anaknya, sehingga jika pola asuhnya salah, maka hal itulah yang akan ditiru anak di kemudian hari.  Jadi, anak perlu diajarkan untuk memiliki rasa percaya diri yaitu mempunyai perasaan yang teguh pada pendirian, tabah apabila menghadapi masalah, kreatif dalam mencari jalan keluar,, ambisi dalam mencapai sesuatu, perasaan yang konstruktif, hormat pada orang lain dan bersyukur pada apa yang dimilikinya. Kedua pujian yang tepat, menurut Shari Young Kuchenbeker, anak-anak merasa lebih senang dan mampu menghadapi tantangan ketika mereka mendapatkan pujian atas usahanya bukan pujian atas talentanya. Ketiga agenda sosialisasi, artinya memberikan kesempatan kepada anak untuk bersosialisasi dengan lingkungannya, misal bermain dengan teman. Keempat kenalkan anak pada beragam karakter melalui cerita, artinya hal ini dapat dilakukan dengan memberikan cerita yang disesuaikan dengan karakteristik anak sehingga dapat menarik perhatian anak dan anak tidak merasa bosan dengan kegiatan tersebut. Kelima bermain peran, hal ini untuk melatih komunikasi anak agar dapat berinteraksi dengan orang lain. Keenam biarkan kesalahan terjadi dan berikan resiko teringan, artinya jika anak melakukan kesalahan atau tidak bisa menyelesaikan tugas, bukan berarti orang tua langsung memberikan solusi, melainkan membimbingnya saja hingga anak dapat menyelesaikannya sendiri asalkan tidak membahayakannya. Ketujuh pahami kepribadian anak, berarti menyingkat waktu untuk menebak-nebak, berusaha mengerti dan memahami anak berdasarkan tipologi kepribadiannya yaitu melankolis, korelis, phlegmatis dan sanguinis.
Buku ini memiliki beberapa keunggulan yaitu  penyajian materinya sangat baik karena bahasa yang digunakan lugas dan memiliki ilustrasi yang menarik berupa gambar-gambar tentang kehidupan anak. Selain itu,cover yang digunakan berwarna dan simple, ilustrasi gambar yang digunakan berwarna dan sesuai dengan maksud pesan yang ingin disampaikan penulis. Buku ini juga menggunakan ungkapan yang santun dengan bahasa yang komunikatif sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Kemudian, yang paling penting materi yang disampaikan sesuai dengan kehidupan nyata atau kehidupan sehari-hari, sehingga ketika membacanya mendapatkan “feel” tentang pesan yang ingin disampaikan oleh penulis.
            Buku ini sangat cocok untuk orang tua dan guru, karena buku ini menjelaskan tentang kehidupan anak-anak dan memberikan solusi yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi anak. Akan tetapi, buku ini hanya cukup ideal untuk orang tua yang kategori sosial ekonominya dari menengah sampai ke atas yang biasanya tinggal di daerah perkotaan. Sedangkan untuk orang tua yang masih mengutamakan pemenuhan kebutuhan pokok nampaknya upaya-upaya untuk meningkatkan rasa percaya diri anak masih lemah. Maka dari itu, untuk kondisi orang tua yang seperti itu, diperlukanlah guru yang dapat meningkatkan rasa percaya diri anak sesuai dengan maksud yang disampaikan oleh penulis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar