Minggu, 22 November 2015

Terimakasih Guru

Banyak sekali kenangan yang saya miliki ketika masih bersekolah dari yang lucu, bahagia sampai yang tersedih. Namun, dari semua kenangan itu, ada satu kenangan yang mengingatkan saya kepada salah satu sosok guru yang sangat luar biasa. Guru yang telah menginspirasi saya dan tanpa disadari saya pun telah mengikuti jejak beliau. Saat itu saya masih duduk di bangku SMP kelas 2, tepatnya bersekolah di SMP Negeri 1 Indralaya. Mungkin itu sekitar tahun 2004 an, mengenai waktunya saya tidak terlalu ingat. Namun, yang jelas saya masih mengingat setiap detail ceritanya. Hmm, di masa itu masih menggunakan kurikulum 1994 yang sedang menuju pergantian kurikulum 2004 yaitu KBK, dimana system sekolah masih menggunakan klasifikasi kelas berdasarkan prestasi atau peringkat kelas. Kelas yang paling diidamkan semua siswa adalah kelas unggulan dan biasanya merupakan kelas dengan urutan pertama. Alhamdulillahnya saya selalu masuk kelas itu hingga tamat sekolah, ya butuh perjuangan besar untuk berada disana karena otomatis harus belajar lebih giat lagi agar tidak tergeser dari posisi. Dan bermula dari sana lah, untuk pertama kalinya saya berinteraksi langsung dengan sosok guru tersebut, sosok yang sampai detik ini masih saya kagumi karena kedisplinannya.
Namanya, Bapak Rusman Hifni. Beliau adalah kepala sekolah saya sekaligus salah satu guru matematika di SMP. Sebenarnya, saya sering bertemu dengan beliau, namun tidak pernah berinteraksi langsung sama sekali, hanya saling berpapasan saja. Itu pun pertemuannya selalu di depan gerbang sekolah. Ya, setiap harinya beliau selalu berdiri di depan gerbang sekolah menyambut kedatangan siswa-siswanya. Bahkan saya pernah datang pagi-pagi, ternyata bapak Kepala Sekolah sudah berdiri di depan gerbang hingga sampai bel berbunyi. Beliau tidak hanya berdiri saja, namun juga menerapkan budaya cinta lingkungan. Jadi, setiap paginya kami sebagai siswa harus bersiap-siap mengorbankan kedua tangan untuk memungut sampah yang ada di sekolah. Setelah itu, baru kami bisa masuk kelas. Itu merupakan kenangan yang menurut saya mengajari banyak hal terutama tentang ketauladanan seorang pemimpin.
Meski seperti itu, ada satu kenangan terindah yang benar-benar membuat saya tidak bisa melupakan beliau bahkan ketika mengingatnya benar-benar membuat  terharu karena saya tidak menyangka telah mengikuti jejak beliau yang nantinya juga berprofesi menjadi seorang guru bidang studi matematika. Kenangan itu terjadi, ketika beliau masuk di kelas saya. Memang pada saat itu, kelas sangat ribut dikarenakan belum ada guru yang datang. Hingga akhirnya Bapak Rusman Hifni turun tangan dan menghampiri kelas kami. Kedatangan beliau benar-benar membuat kami yang tadinya ribut, langsung mengambil posisi duduk dan diam seketika. Suasana menjadi hening dan mencekam, bukan karena takut dengan beliau, namun mungkin karena rumor kedisplinan beliau yang telah menyebar seantero sekolah. Saat itu, saya hanya berfikir, apakah mungkin bapak kepsek akan menghukum kami karena membuat keributan di kelas, apalagi kelas kami merupakan kelas yang menjadi contoh untuk kelas lainnya. Belum lagi wajah yang ditunjukkan beliau sangat menakutkan, dingin dan tanpa ekspresi, benar-benar membuat kami semua menjadi sangat tegang dan tidak berkutik. Tidak lama dari itu, akhirnya bapak Rusman Hifni angkat bicara. “Pelajaran apa sekarang?”.
“Matematika, Pak”, jawab semua siswa dengan suara yang masih grogi
“Gurunya datang terlambat, ada sesuatu hal yang dilakukan. Karena itu, sampai gurunya datang, Bapak mau mengetest kalian”
Mendengar apa yang diucapkan bapak Rusman Hifni, semakin membuat suasana kelas menjadi lebih tegang lagi. Tidak tahu bagaimana ekspresi semua teman-teman lainnya, namun yang jelas, saat itu saya merasakan ketakutan yang luar biasa. Menelan ludah pun rasanya susah banget..he..he. Kemudian, beliau memberikan beberapa aturan dalam tes ini. dan aturan ini lah membuat kami pun semakin tegang. Jika dipikir-pikir tes yang diberikan itu sangat lah mudah, yaitu Bapak Rusman hanya akan menanyakan soal perhitungan matematika. Namun, entah mengapa tes ini sangatlah sulit bagi kami dikarenakan ada aturannya yaitu tes yang diberikan menggunakan waktu dan  jika salah, maka wajah kami akan diberi bedak dari papan penghapus kapur.
Pertanyaan pertama pun di ajukan oleh bapak Rusman Hifni, dan satu anak sudah menjadi korban bedak. Selanjutnya pertanyaan kedua, ketiga, keempat, tetap sama setiap pertanyaan selalu ada korban. Hingga akhirnya, pertanyaan kelima. Semua siswa masih dengan wajah tegang dan was-was serta pastinya berharap bukan menjadi korban selanjutnya, ya termasuk saya yang berharap sama seperti itu. Namun ternyata, harapan  hanya harapan, pertanyaan itu pun diberikan kepada saya. Tidak bisa saya pungkiri, perasaan gugup ketika saya ditunjuk, benar-benar menerobos masuk di setiap aliran darah. Dengan waktu yang diberikan, saya harus menjawab pertanyaan bapak dan hasilnya bedak itu pun akhirnya menempel di wajah saya. Pertemuan ini pun berakhir ketika guru matematika kelas kami, akhirnya datang dan seketika itu juga suasana berubah tidak setegang tadi, teman-teman mulai merasa lega seperti baru saja keluar dari arena permainan yang menakutkan.


Kejadian itu pun mulai menjadi pembicaraan teman-teman, meski menakutkan ternyata menyimpan hikmah sendiri bagi kami, terutama untuk saya sendiri karena kejadian itu semakin memotivasi saya untuk selalu belajar terutama pelajaran matematika. Tidak hanya itu, ada hikmah lain yang kami dapat, kejadian barusan ternyata tidak hanya terjadi di kelas kami, melainkan kelas lain pun juga pernah merasakan dan setelah mendapatkan berbagai informasi, ternyata Bapak Rusman Hifni sering kali memantau kelas, jika tidak ada gurunya, maka Beliau yang akan mengisi kelas tersebut sampai guru yang mengajar datang di kelas. Terimakasih Guru

Tidak ada komentar:

Posting Komentar